create your own banner at mybannermaker.com!

Rabu, 10 Oktober 2012

Sejarah Batik Lasem



SEJARAH BATIK LASEM

Asal mula Batik Lasem berasal dari Kota kecamatan di Kabupaten Rembang sekitar 12 kilometer arah timur kota Rembang, Jawa Tengah. Batik Lasem banyak dipengaruhi oleh budaya Tionghoa, budaya local masyarakat pesisir utara, budaya keraton Surakarta dan keratin Yogyakarta.
Batik Lasem biasanya mempunyai corak berwarna merah, ragam motif burung hong dan binatang kilin yaitu binatang semacam singa. Batik Lasem juga sering disebut sebagai batik Encim yang mana Encim adalah sebutan untuk kaum Tionghoa peranakan untuk wanita yang usianya telah lanjut.
Selain itu juga Batik Lasem memiliki motif latohan dan watu pecah. Yang mana latohan adalah motif tumbuhan latoh yaitu sejenis rumput laut yang menjadi salah satu makanan khas masyarakat lasem. Dan motif watu pecah merupakan ekspresi kejengkelan warga masyarakat Lasem terhadap daendles yang banyak menelan korban jiwa.
Tak dipungkiri lagi bahwa para pedagang Tionghoa perantauan pada zaman dahulu yang dating ke Lasem banyak memberikan pengaruh yang kuat terhadap corak Batik Lasem. Bahkan kemudian banyak pedagang-pedagang tersebut yang kemudian beralih menjadi pengusaha batik di kota Lasem. Pengaruh keraton terlihat pada motif kawung dan parang, sedangkan pengaruh masyarakat pesisir utara terlihat pada campuran warna cerah merah, biru, hijau, dan kuning.
Pada masa jayanya dahulu, setiap rumah orang Tionghoa mempunyai usaha pembatikan dengan merekrut tenaga pembatik dari daerah desa sekitar. Para pekerja ini melakukan pembatikan hanya untuk mengisi waktu ketika menunggu masa tanam dan panen padi. Batik Lasem ini sudah ada sejak berabad silam dan sempat mengharumkan nama kota Rembang dengan menjadi komoditi di Asia.
 

PROSES PEMBUATAN BATIK TULIS LASEM


Proses pembuatan batik tulis yang tidak mudah serta membutuhkan waktu lama merupakan alasan utama mengapa menumbuhkan seseorang menjadi pembatik itu tidak bisa dalam waktu sebentar. Bila dilihat dari cara pembuatannya, selembar kain putih harus melewati beberapa proses yang tidak singkat untuk menjadi sebuah batik tulis. Masing-masing prosespun biasanya dikerjakan oleh seorang pembatik yang berspesialisasi pada proses tersebut. Paling tidak ada delapan tahapan yang harus dilakukan untuk membuat sebuah batik tulis Lasem, dimulai dari mempersiapkan kain putih sebagai bahan utama dalam pembuatan batik. Dahulu, bahan yang digunakan untuk kain batik kebanyakan berupa kain mori yang murah serta mudah diperoleh. Namun seiring perkembangan batik, permintaan akan bahan batik tulis yang lebih halus semakin meningkat. Maka kain batik tidak lagi hanya terbuat dari mori, tetapi jenis bahan lain seperti kain katun, kain rayon, kain rami hingga sutra semakin banyak diminati disesuaikan dengan kalangan pemakai.
Tahapan pembuatan batik
  1. Mengetel, menghilangkan kanji dari mori dengan cara membasahi mori tersebut dengan larutan minyak kacang, soda abu, tipol dan air secukupnya. Setelah itu mori diuleni lagi dan dijemur kembali, lalu diuleni dan dijemur kembali. Proses ini diulang sampai tiga minggu lamanya lalu dicuci sampai bersih. Proses ini dilakukan agar nantinya zat warna yang digunakan dalam proses membatik bisa meresap kedalam serat kain dengan sempurna.
  1. Mola, proses memberi pola sesuai dengan motif. Pola batik biasanya sudah dibuat sebelumnya pada kain, bisa dengan cara menjiplak dari pola batik yang sudah ada. Tetapi, tidak jarang pembatik profesional yang sudah mahir langsung menggoreskan pola yang ada diingatan mereka langsung ke kain dengan menggunakan canting.
  2. Nglengkreng,  setelah kain batik diberi pola motif utama, tahap selanjutnya ialah memberikan detail pada motif-motif tersebut. Proses pemberian detail pada motif ini sudah tidak sesulit seperti tahap membuat pola yang dilakukan sebelumnya, namun biasanya proses ini dilakukan oleh pembatik yang sama. Pemberian detail pasa kain batik tentunya disesuaikan dengan motif yang dibuat pada saat pembuatan pola. Proses mola dan nglengkreng  ini membutuhkan waktu yang cukup lama serta paling membutuhkan ketelitian yang tinggi dari para pembatik.
  3. Isen-isen, mengisi bagian-bagian kain yang masih kosong dengan ornamen-ornamen. Proses ini tidak bisa sembarang dilakukan dengan memberikan ornamen, tetapi juga harus memperhatikan motif dari kain batik itu sendiri. Proses ini bagi kalangan yang paham akan motif batik memiliki makna yang berbeda-beda dan menunjukkan kekhasan dari setiap daerah. Isen-isen pada batik Lasem berupa sawut  yang berbeda dengan sawutan pada batik Yogyakarta maupun Solo. Sawut pada batik Lasem lebih seperti garis melengkung yang berkepala diujungnya.
  4. Nerusi,  membatik dengan mengikuti motif pembatikan pertama pada bekas tembusan di sebaliknya. Nerusi tidak berbeda dengan mola dan batikan pertama berfungsi sebagai pola. Tujuan utama nerusi  untuk mempertebal tembusan batikan pertama serta untuk memperjelas sisi lainnya.
  5. Nembok, adalah menutup gambar dengan malam. Ini merupakan tahap awal dalam proses pewarnaan batik. Sebuah batikan tentu tidak seluruhnya diberi warna, atau akan diberi warna yang bermacam-macam pada waktu proses penyelesaian menjadi kain. Bagian-bagian yang tidak akan diberi warna, atau akan diberi warna sesudah bagian yang lain, harus ditutup terlebih dahulu dengan malam. Cara menutupnya sama dengan cara membatik bagian lain dengan mempergunakan canting tembokan. Canting yang digunakan untuk proses nembok  yaitu bercukuk besar.
  6. Ngelir, yaitu memberi warna pada batik. Batik Lasem dikenal dengan warna merahnya yang khas, seperti warna merah darah ayam, yang tidak bisa ditiru oleh pengrajin batik kota lain. Konon, warna itu tercipta karena unsur mineral dalam air yang dipakai untuk mbabar (salah satu proses pewarnaan).  Dengan warna merah tersebut muncullah batik bangbiru, batik bangjo, serta batik tiga negeri. Batik tiga negeri adalah batik yang diwarnai di tiga tempat: merah di Lasem, sogan di Solo dan biru di Pekalongan. Proses pewarnaan batik sendiri dilakukan dalam sebuah bak khusus pewarnaan.
  7. Lorot, proses menghilangkan lapisan lilin yang terdapat pada kain dengan cara merebus dalam air panas. Tujuannya untuk memperjelas motif yang telah digambar sebelumnya.
  8. Proses terakhir adalah menjemur kain yang sudah dilorot hingga kering. Kemudian barulah batik yang sudah kering tersebut dilapisi dengan wax serta dipress. Batik siap dipasarkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar